Teori Sastra, Kritik Sastra, Sejarah Sastra
LAPORAN BACAAN MINGGU KE EMPAT
TEORI SASTRA, KRITIK SASTRA,
SEJARAH SASTRA
Nama :Nesa Yulia
Nim :21016159
Mata kuliah: Pengantar Pengkajian Kesusastraan
Dosen pengampu:Dr.Abdurrahman.M.Pd
A.PENDAHULUAN
Dalam lingkup ilmu sastra terdapat komponen disiplin ilmu yang
meliputi Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra. Ketiga bidang
ilmu ini saling berkaitan.Laporan bacaan Sastra ini dimulai dengan materi ruang lingkup ilmu sastra tersebut. Tujuannya tidak lain untuk memberikan
pemahaman kepada Anda tentang ruang lingkup ilmu sastra sehingga dalam proses pembelajaran sastra Anda dapat mempelajari disiplin ilmu sastra sebagai suatu yang utuh, yang tidak terpisah-pisah. Pada laporan bacaan ini akan dipelajari ruang lingkup ilmu sastra yang meliputi Teori Sastra, Kritik Sastra, dan Sejarah Sastra serta hubungan antara ketiga disiplin ilmu sastra tersebut. Dalam mempelajari ilmu sastra, ketiga disiplin ilmu sastra tersebut saling berkaitan. Dalam perkembangan ilmu sastra ada teori yang mencoba memisahkan antara ketiga bidang ilmu tersebut. Kenyataannya, pada waktu melakukan pengkajian terhadap karya sastra, ketiga disiplin ilmu sastra tersebut tidak dapat
dipisahkan.
B.PEMBAHASAN
A. Teori Sastra
Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. Teori berisi konsep atau uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu. Suatu teori dapat dicek kebenarannya (diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.
Karya sastra bukan bersifat faktual melainkan kebenaran yang bersifat kemanusiaan. Mengapa demikian? Karena karya sastra merupakan deskripsi dari pengalaman diri yang memilki dimensi personal sekaligus dimensi sosial. Artinya, dalam sastra ada pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan yang menimbulkan rasa indah, senang, dan menggugah hati. Dengan membaca karya sastra kita diperkenalkan akan kekayaan-kekaayaan batin yang memungkinkan kita mendapatkan persepsi serta refleksi diri yang dapat diintegrasikan dengan pengalaman nyata hidup kita.
Teori sastra ini terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut:
1. Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme yaitu cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi unsur dalam suatu karya sastra, misalnya cerpen, novel puisi dll.
Menurut Teeuw, teori strukturalisme yaitu analisis struktural bagi seorang peneliti sastra yang terdapat dari karya sastra itu sendiri.
2. Teori Strukturalisme genetik.
Teori struktural genetik yaitu penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada elemen atau unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Struktural genetik juga mempercayai bahwa karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang terdiri dari perangkaian kategori yang saling berkaitan satu sama yang lain. Kategori tesebut yaitufakta kemanusiaan yang berarti stuktur yang bermakna dari segala aktifitas ata perilaku maanusia baik verbal maupun fisik.
3. Teori semiotik.
Istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda atau sign dalam bahasa inggris adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa,kode,sinyal,dan sebagainya. Secara umum semiotik didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi.
4. Teori psikologi sastra
Pada teori psikologi sastra kata Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Sedangkan sastra yaitu ilmu tentang karya seni dengan tulis menulis.Maka jika diartikan secara keseluruhan psikologi sastra yaitu ilmu yang mengkaji karya sastra dari sudut kejiwaan.
Menurut Wellek dan Austin, Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Pengertian yang pertama yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua yaitu studi proses kreatif. Yang ketiga yaitu studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra , dan yang keempat yaitu mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).
5. Teori Sosiologi Sastra.
Sosiologi sastra yaitu pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat mengenai karya sastra dari para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
6. Teori feminisme
Menurut Sugihastuti,2005:5. Teori feminisme yaitu kajian teori yang memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan. Jenis kelamin inilah yang membuat perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang mengarang.
7. Teori Postkolonialisme
Teori Postkolonialisme merupakan sebuah teori yang lahir karena keresahan masyarakat tentang kebenaran teori strukturalisme. Pada teori strukturalisme lebih berbasis dalam konteks sastra, yang terbukti banyak ditemukannya karya sastra yang mengambil pemikiran melalui teori ini. Munculnya teori postkolonialisme ini berasal dari semakin jauhnya pemikiran masyarakat akan pengaruh kolonialisme pada zaman itu, sehingga teori strukturalisme yang banyak dibicarakan pada zaman tersebut dianggap tidak dapat menjawab realias yang berkembang saat itu.
8. Teori Ekspresionis
Teori Ekspresionis yaitu Karya sastra yang mengekspresikan emosi yang mendalam. Karya sastra ini didasarkan pada penekanan mendalam pada komunikasi emosional dan munul pada saat terjadi konflik sosial.
9. Teori Stilistika
Teori Stilistika yaitu Ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra dan penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Stilistika juga mengkaji seluruh fenomena bahasa, mulai dari fonologi (ilmu bunyi)sampai semantik(makna dari arti bahasa).
Menurut Kridalaksana Stilistika yaitu ilmu yang nyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra dan penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Secara umum, lingkup stilistika menelaah aspek bahasa yang berupa aspek bunyi, kata, frase, dan kalimat, sehingga lahirlah gaya bahasa, gaya bunyi, gaya kata,gaya frase,dan gaya kalimat.
10. Teori Intertekstual
Teori intertekstual merupakan kajian teks yang melibatkan teks yang lain dengan mencari dan menelaah hubungan yang terdapat dalam teks tersebut.
Menurut Kristeva Intertekstual merupakan hubungan suatu teks dengan teks lain. Dalam setiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap teks merupakan peresapan dan transformasi dari teks-teks lain. Sewaktu pengarang menulis, pengarang akan mengambil komponen-komponen teks yang lain sebagai bahan dasar untuk menciptakan karyanya. Semua itu disusun dan diberi warna dengan penyesuaian, dan jika perlu mungkin ditambah supaya menjadi sebuah karya yang utuh.
B. Kritik Sastra
Kritik sastra adalah bagian dari ilmu sastra. Merupakan istilah lain yang sering digunakan para pengkaji sastra untuk hal yang sama ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menghindari kata kritik yang terkesan negatif dan terkesan menghakimi. Menurut H.B. Yasin, kata kritik dalam kritik sastra bermakna pertimbangan baik buruknya suatu karya sastra, pertimbangan kelemahan dan keunggulan karya sastra. Melalui kritik sastra, penulis akan mengembangkan dirinya menjadi penulis yang menyadari kelemahan dan sekaligus keunggulan dirinya dalam menghasilkan karya sastra. Setiap pembaca dapat saja membuat kritik terhadap karya sastra yang dibacanya tetapi belum tentu ia dapat masuk ke dalam nilai-nilai hakiki karya sastra tersebut kalau dia tidak mendalami dan menilai pengalaman kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.
Jenis – jenis kritik sastra antara lain :
1. Kritik Judisial
Yaitu suatu kritik yang mengemukakan suatu penlaian atau penghakiman terhadap suatu karya sastra, lalu menghubungkannya dengan norma-norma teknik penulisan atau standar tujuan penulisan karya tersebut. (Coulter, 1930: 336).
Rene Wellek dan Austin menegaskan bahwa kritik yudisial menaruh perhatian pada hukum-hukum/ prinsip yang dianggap sebagai suatu yang objektif. Dalam kritik yudisial, karya sastra yang menjadi objek kajian lebih dispesialisasikan tapi dengan penjelasan yang seluas mungkin. Di sini dituntut pengklasifikasian yang lebih terperinci dan tajam terhadap para pengarang dan karyanya.
2. Kritik Induktif
Kritik Induktif adalah jenis kritk sastra yang bertujuan mengumpulkan fakta-fakta yang ada hubungan dengan suatu karya seni, metode, waktu penciptaan, dan menyusunnya menjadi susunan yang rapi serta melukiskannya dengan teratur. Ini sesuai dengan metode induksi yang mengambil kesimpulan umum dari fakta-fakta yang khusus.
3. Kritik Impresionistik
Yaitu kritik sastra yang muncul sebagai produksi dari aliran individualisme romantik dan kesadaran akan diri yang lebih modern. Kritik ini menghubungkan pengalaman si penulis dengan karyanya. Sebaiknya, seorang kritikus mempunyai gaya yang bisa membuat hati pembaca terpikat dalam kedudukannya sebagai pembimbing juga penghubung antara pembaca dan karya sastra.
4. Kritik Historis
Jenis kritik sastra yang mengikuti segala sesuatu yang terjadi atas suatu bentuk sastra dalam periode sejarah sastra. Juga dengan pengelompokan masa seorang pengarang. Setiap karya sastra harus diteliti dan ditelaah dengan hal-hal yang berhubungan dengan karya sastra tersebut. Hal-hal yang dapat menjadi bahan acuan antara lain: naskah, bahasa dan komposisi karya sastra, serta perbandingan karya sang pengarang dengan teman-teman seangkatannya,. Seorang kritikus harus paham bahwa karya sastra merupakan refleksi pengarang pada kehidupan dan kebudayaannya dan pengelompokan jenis karya sastra tersebut serta hubungannya dengan karya yang sejenis.
Butir –butir penting yang berhubungan dengan kritik histories yakni :
a. Dalam menggarap bahasa suatu karya sastra, sang kritikus histories dapat mempertimbangkan dua hal yaitu:
• Mengembalikan para pembaca masa kini pada keadaan bahasa pada saat karya tersebut ditulis.
• Memandang bahasa itu sebagai suatu media komunikasi pada saat itu.
b. Keterangan – keterangan berupa riwayat hidup merupakan jenis data yang bernilai dan amat berharga bagi kritikus histories.
c. Berusaha mendapatkan segala korelasi antara kehidupan sang penulis dan karyanya .
d. Bagi kritikus histories, sastra adalah suara humanitas dan melalui sastra itu kritikus bukan hanya berhubungan atau menaruh perhatian pada literacy (kecakapan baca tulis) tetapi juga human literacy (kecakapan baca tulis masyarakat manusia).
e. Silsilah sastra atau genealogi suatu karya.
f. Sang kritikus histories dalam kritik sastranya berhasrat memperoleh sukses yang gemilang dalam bidang pemaduan belajar dan penilaian.
5. Kritik Filosofis
Merupakan jenis kritik sastra yang berusaha untuk mendapatkan dasar yang paling sesuai bagi penilaian karya sastra melalui analisis terhadap hakekat dan fungsi sastra sebagai suatu cara berpikir mengenai kehidupan. Kritik ini berusaha menentukan prinsip yang digunakan dalam kritik sastra agar pedoman yang digunakan dalam suatu kritik jelas dan tegas.
6. Kritik Formalis
Merupakan kritik sastra yang berpedoman pada teori dasar estetika yang meletakkan tekanan pada bentuk karya sastra, struktur, gaya dan efek psikologisnya. Aristoteles adalah pencetusnya, kritik ini bertentangan dengan teori dari Plato yang menekankan pada aspek isi dan efek moral/sosial.
Kritik formalis disamakan dengan the new criticism, karena memang dia merupakan suatu kritik yang masih berusia muda., lebih – lebih kalau dibandingkan dengan kritik –kritik yang lainnya.
7. Kritik Relativistik
Jenis kritik ini berpedoman pada anggapan relativisme, yaitu bahwa penilaian terhadap karya sastra terantung pada subjek yang menikmati dan menilainya. Hal ini terjadi karena selera individu berbeda-beda, begitu juga dalam hal menikmati karya sastra sehingga tidak ada yang bersifat mutlak. Jika pendapat dari seseorang lebih mendominasi akan muncul suatu teori yang absolut meski tidak disadari.
8. Kritik Absolutistik
Kritik jenis ini menegaskan bahwa alternative bagi hukum kritik adalah anarki. Ketika seorang kritikus memberikan penilaian terhadap suatu karya yang hadir selanjutnya adalah sebuah kebingungan. Ini dapat disiasati dengan tetap menggunakan pendapat masyarakat agar tetap bisa terwujud komunikasi yang baik.
9. Kritik Interpretatif
Semua jenis kritik sastra bisa digolongkan sebagai jenis kritik ini karena hakekat kritik sastra sendiri adalah memberikan interpretasi/penafsiran terhadap suatu karya sastra. Maka, pengkhususan kritik sastra jenis ini adalah memperkenalkan standar yang secara relative tidak ada hubungannya dengan orang atau hal tertentu. Di sini akan terlihat keterkaitan antara teori, sejarah dan kritik sastra. Tiada satu ilmu yang dapat berdiri sendiri seratus persen tanpa bantuan orang lain.
10. Kritik Tekstual
merupakan jenis kritik yang terfokus pada teks/ naskah suatu karya sastra, agar pembaca lebih dekat dengan apa yang ditulis. Dengan berkembangnya masa, kritik ini ingin menunjukkan manakah karya yang benar-benar asli dari beberapa versi karya sastra yang mungkin muncul.
11. Kritik Linguistik
Jenis Kritik ini menitikberatkan perhatian pada masalah-masalah kebahasaan dalam karya sastra tersebut agar terhindar dari salah pengertian baik dari sisi fonologi, morfologi, sintaksis atau semantik. Ini perlu dilakukan karena setiap bahasa mengalami perkembangan dalam kurun waktu yang berlainan.
12. Kritik Biografis
Kritik ini sebenarnya adalah kritik histories yang wilayahnya dipersempit yaitu khusus pada riwayat hidup pengarang beserta karyanya. Tugasnya adalah menentukan hubungan yang signifikan antara pengarang dan karyanya, asal-usul. Kekuatan yang mendorong atau tujuan konkrit karya tersebut.
13. Kritik Komparatif
Banyak hal dalam kritik komparatif yang segar dan menarik serta memberi harapan, kritik ini memperoleh polanya bukan dari kejadian – kejadian yang berhubungan dengan waktu, tetapi justru dari pengelompokan jenis yang berguna serta gagasan atau ide yang berpengaruh.
Hal – hal yang dapat diperbandingkan saja yang akan digarap Dalam kritik ini yang diterapkan pada nada, tujuan, dan cara, bahkan penerapan pada ketiga hal tersebut lebih daripada terhadap pokok masalahnya sendiri.
14. Kritik Etis
Kritik etis sangat erat hubungannya dengan falsafah, keyakinan serta agama. Tanpa adanya pengetahuan yang cukup tentang ketiga hal tersebut akan membuat penilaian kritik sastra kurang memadai. Pola pikir seorang kritikus dalam hal-hal tersebut sangat mempengaruhi bagaimana ia akan menilai suatu karya.
15. Kritik Perspektif
Kritik ini adalah studi terhadap reputasi sang pengarang yang tercermin dalam karyanya dan melekat pada hati pembacanya. Kritik ini berusaha untuk menyelidiki seorang pengarang dari karya yang dihasilkan, apakah patut menerima penghargaan atau patut diabadikan.
16. Kritik Pragmatik
Adalah jenis kritik yang mengarahkan perhatiannya pada kebergunaan ide, ucapan, dalil atau teori yang terdapat dalam suatu karya sastra bagi masyarakat. Reputasi pengarang ditentukan oleh bagaimana karyanya bisa berguna bagi masyarakat.
17. Kritik Elusidatori (Penjelasan)
Adalah jenis kritik yang sifatnya memberikan penjelasan. Kritik ini menekankan pada interpretasi arti atau makna karya sastra.
18. Kritik Praktis
Adalah lawan dari kritik teoritis yang cenderung ilmiah. Tugas kritikus adalah menentukan atau menilai apakah suatu karya sastra bernilai praktis bagi masyarakat atau tidak. Tujuannya sama dengan kritik pragmatis meskipun dengan nama yang berbeda.
19. Kritik Baru
Bagi para kritikus aliran kritik baru, tujuan pokok seni adalah menghasilkan analisis sang kritikus mengenai seni itu sendiri. Fungsi kritik adalah melatih kritikus lainnya untuk melatih kritikus yang lain dalam suatu urutan akademik bagi para cendekiawan. Kecenderungan yang dilakukan para kritikus jenis ini adalah pemanfaatan sarana-sarana ilmiah, epigraf dan statistik yang tidak begitu diperhatikan orang saat memberikan kritik sastra.
20. Kritik Psikologis
Kritik psikologis adalah salah satu jenis kritik sastra yang mendalami segi-segi kejiwaan suatu karya sastra, yang mencangkup segi-segi kejiwaan penulis, karya, dan pembaca. Kita tahu bahwa hubungan antara psikologi dan kritik sastra adalah sama tuanya dendan usia kedua cabang ilmu tersebut. Dan yang paling berpengaruh terhada kritik sastra adalah Sigmund Freud dendan psikoanalisisnya.
21. Kritik Mitopoeik
Kritik Mitopoeik adalah jenis kritik yang menyangkut penciptaan mitos dalam suatu karya sastra.kritik Mitopoeik ini adalah kritik yang paling baru dan yang paling ambisius diantara pendekatan-pendekatan kritik kontemporer dan barang kali juga yang paling provokatif dalam tindakan-tindakan dan kemungkinannya.
22. Kritik Sosiokultural
Kritik sosiokultural adalah interpretasi sastra dalam aspek-aspek social ekonomi dan politisinya.yang merupakan pokok pada kritik ini adalah interaksi karya sastra dengan kehidupan dan interaksi ini tidak hanya mencakup implikasi-implikasi sosial, ekonomi, serta politis karya tersebut, tetapi juga dalam pengertian yang amat luas, mencakup implikasi-implikasi moral dan kulturalnya.
C. Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari ciri-ciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena sastra, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Dengan mempelajari sejarah sastra, kita dapat mengetahui perjalanan sastra dari waktu ke waktu sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Sejarah sastra mempunyai ruang cakupan yang cukup luas. Ada sejarah sastra suatu bangsa, ada sejarah sastra suatu daerah, ada sejarah sastra suatu kesatuan kebudayaan, ada pula sejarah berdasarkan jenis (genre) sastra, adapula sejarah sastra komparatif. Misalnya Sejarah Sastra Indonesia, Sejarah Sastra Cina; Sejarah Sastra daerah; Sejarah Sastra Klasik.
Sejarah sastra ini memili beberapa manfaat sebagai berikut:
Sastra memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakat. Selain menghibur, memperluas wawasan juga untuk menajamkan nurani, berempati kepada orang lain dan sebagainya.
Adapun fungsi sastra dalam kehidupan adalah.
1. Fungsi Reaktif
Fungsi reaktif berarti sastra itu dapat menghibur bagi pembaca dan penikmatnya. Misalnya kisah-kisah lucu dalam sebuah novel membuat pembaca terhibur. Atau kisah inspiratif dalam sebuah karya sastra membuat pembaca lebih berempati.
2. Fungsi Didaktif
Sastra juga bersifat mendidik atau mengedukasi pembaca.
Karena di dalam karya sastra terdapat berbagai unsur dan nilai yang bisa kita petik juga sesuai dalam kehidupan sehari-hari.
3. Fungsi Estetis
Sastra adalah tulisan indah. Sehingga, bisa dikatakan bahwa sastra memiliki nilai estetika yang mana dapat dinikmati oleh penikmat dan pembaca.
D. Hubungan Teori Sastra dengan Kritik Sastra dan Sejarah Sastra
1) Teori Sastra dan Kritik Sastra
Teori sastra adalah teori yang mempelajari kaidah, kriteria, serta aspek-aspek yang berfungsi untuk masyarakat. Aspek-aspek tersebut ialah aspek intrinsik dan aspek ekstrinsik. Aspek intrinsik karya sastra meliputi konvensi bahasa sebagai sarana sastra serta konvensi budaya itu sendiri. Sedangkan aspek ektrinsik karya sastra ialah hal-hal yang melatarbelakangi dibuatnya karya sastra itu meliputi unsur budaya, aliran, politik, filsafat serta agama. Teori sastra membahas konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya, struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan unsur luar lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Dengan begitu, karya sastra memiliki gambaran yang berbeda dengan karya nonsastra.
Kritik sastra berfungsi sebagai kegiatan yang menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, memberi penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Kritikan diberikan untuk memberikan masukan kepada penulisnya tentang kondisi karya yang dihasilkannya dengan harapan akan menjadi bahan masukan baginya untuk perbaikan selanjutnya. Dengan kata lain, sasaran kritikus sastra adalah penulis atau penghasil karya sastra. Dalam memberikan kritikan-kritikan terhadap karya sastra, kritikus tidak hanya sekedar mengkritik. Kritikus harus mempertimbangkan segala kelemahan dan kelebihan karya sastra dengan memperhatikan dasar-dasar dari teori sastra yang melandasinya dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra yang ditelitinya.
2) Teori Sastra dan Sejarah Sastra
Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Untuk mempelajari perkembangan sastra berbagai cara dilakukan peneliti sejarah sastra. Teeuw mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti sejarah sastra, antara lain:
1. Dengan melihat pengaruh timbal balik antargenre sastra. Misalnya, bentuk syair dalam sastra klasik sering ditulis kembali dalam bentuk prosa,
2. Dengan melihat pengaruh antarkarya sastra. Misalnya, dalam hasil penelitian sastra ditemukan terjadinya kesamaan tema cerita dengan pengembangan yang berbeda. Novel Belenggu, misalnya memperlihatkan transformasi ide tentang keinginan wanita untuk maju yang telah terungkap dalam novel Layar Terkembang pada waktu sebelumnya. Korrie Layun Rampan mengemukakan pula cara untuk melihat perkembangan sejarah sastra Indonesia yaitu dengan membandingkan wawasan estetik, ciri-ciri, karakter, muatan tematik, setiap angkatan sastra. Dengan mempelajari hal tersebut, akan dapat diketahui perkembangan angkatan karya sastra dari waktu ke waktu, dari periode ke periode.
Dari uraian tersebut jelas diketahui bahwa diperlukan teori sastra untuk menentukan perkembangan sejarah sastra. Untuk menentukan pengaruh timbal balik antargenre sastra, perkembangan tematik, ciri-ciri, karakter karya sastra diperlukan teori sastra dalam pengkajiannya. Sebaliknya, secara empiris, perkembangan karya sastra memberikan sumbangan pula terhadap perkembangan teori sastra. Demikianlah, dalam perkembangan sejarah sastra akan terjadi interaksi antara teori sastra dengan sejarah sastra.
3) Kritik Sejarah dan Sejarah Sastra
Perkembangan sejarah suatu bangsa ataupun daerah diperoleh dari penelitian yang dilakukan para peneliti sastra yang banyak menunjukkan perkembangan yang meliputi perbedaan ataupun persamaan pada karya sastra dimasa-masa tertentu. Para peneliti sastra membandingkan suatu karya sastra dengan karya sastra lainnya yang berbeda angkatan. Dengan begitu, peneliti menyimpulkan beberapa persamaan dan perbedaan yang muncul dari karya sastra yang ditelitinya.
Jadi, teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra memiliki keterkaitan ataupun hubungan. Teori sastra merupakan landasan awal para peneliti untuk mengkaji karya sastra yang ada. Disamping itu sejarah sastra sudah berkembang dan akan diuji oleh para pengkaji dengan memperhatikan teori sastra yang merupakan landasannya. Kritik sastra juga digunakan oleh para peneliti untuk menelaah, mengulas, dan memberikan penilaian terhadap karya sastra yang dapat menghasilkan persamaan dan perbedaan terhadap karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lainnya. Dengan begitu teori, kritik, dan sejarah sastra memiliki ruang lingkup yang saling berhubungan.
C.PENUTUP
Jadi pengertian dari teori sastra itu sendir ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari
tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang
membedakannya dengan yang bukan sastra.
Kata kritik dianggap kata yang bermakna negatif karena menilai sesuatu dari sisi kekurangan dan kelemahannya, menghakimi seseorang atas kekurangannya sehingga orang yang dihakimi tidak dapat berkembang
Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama. Artinya, kritik sastra dapat menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama sebagai objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat dibagi lagi menjadi berdasarkan objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik drama. Selain itu, kritik satra itu sendiri dapat dijadikan kritik sehingga dinamakan kritik atas kritik.
Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya.
D.DAFTAR PUSTAKA
http://sucidwiyani12.blogspot.com/2017/05/hubungan-teori-sastra-kritik-sastra-dan.html?m=1
Luxemburg, et.al. (1982). Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko.
Jakarta: Gramedia.
Zulfahnur.(Tanpa tahun).Lingkup Ilmu Sastra: Teori Sastra,
Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra,
serta Hubungan antara Ketiganya. Modul 1
Khoi, Miftakhul. 2014. "Macam-macam Teori Sastra dan Kritik Sastra", http://miftakhulkhoi.blogspot.com/2014/01/macam-macam-teori-sastra-dan-kritik.html?m=1, diakses pada 12 September 2021 pukul 20.30.
Djoythoharry. 2015. Artikel: "Kritik Sastra (Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan, https://jombangpustaka.wordpress.com/2014/05/26/artikel-kritik-sastra-pengertian-fungsi-manfaat-dan-pendekatan/, diakses pada 12 September 2021 pukul 20.35.